Supplier air bersih adalah kebutuhan penting dalam
kehidupan manusia. Dalam keseharian, supplier
air bersih digunakan untuk berbagai keperluan, dari minum, mandi, cuci, masak
dan lainnya. Hasil dari aktivitas masyarakat tersebut adalah air buangan/air
limbah. Selain dari rumah tangga, air buangan juga dapat berasal dari industri
maupun kotapraja. Lalu bagaimana air buangan tersebut diolah menjadi supplier
air bersih?
Secara umum, pengolahan supplier air bersih terdiri
dari 3 aspek, yakni pengolahan secara fisika, kimia dan biologi. Pada
pengolahan secara fisika, biasanya dilakukan secara mekanis, tanpa adanya
penambahan bahan kimia. Contohnya adalah pengendapan, filtrasi, adsorpsi, dan
lain-lain. Pada pengolahan secara kimiawi, terdapat penambahan bahan kimia,
seperti klor, tawas, dan lain-lain, biasanya bahan ini digunakan untuk
menyisihkan logam-logam berat yang terkandung dalam air. Sedangkan pada
pengolahan secara biologis, biasanya memanfaatkan mikroorganisme sebagai media
pengolahnya.
PDAM (Perusahaan Dagang Air Minum), BUMN yang berkaitan
dengan usaha menyediakan supplier air bersih bagi masyarakat, biasanya
melakukan pengolahan supplier air bersih secara fisika dan kimia. Secara umum,
skema pengolahan supplier air bersih di daerah-daerah di Indonesia adalah
sebagai berikut :
1. Bangunan Intake (Bangunan Pengumpul Air)
Bangunan intake berfungsi sebagai bangunan pertama
untuk masuknya air dari sumber air. Sumber air utamanya diambil dari air
sungai. Pada bangunan ini terdapat bar screen (penyaring kasar) yang berfungsi
untuk menyaring benda-benda yang ikut tergenang dalam air, misalnya sampah,
daun-daun, batang pohon, dsb.
2. Bak Prasedimentasi (optional)
Bak ini digunakan bagi sumber air yang karakteristik
turbiditasnya tinggi (kekeruhan yang menyebabkan air berwarna coklat).
Bentuknya hanya berupa bak sederhana, fungsinya untuk pengendapan
partikel-partikel diskrit dan berat seperti pasir, dll. Selanjutnya air dipompa
ke bangunan utama pengolahan supplier air bersih yakni WTP.
3. WTP (Water Treatment Plant)
Ini adalah bangunan pokok dari sistem pengolahan supplier
air bersih. Bangunan ini beberapa bagian, yakni koagulasi, flokulasi,
sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi.
a. Koagulasi
Disinilah proses kimiawi terjadi, pada proses koagulasi
ini dilakukan proses destabilisasi partikel koloid, karena pada dasarnya air
sungai atau air kotor biasanya berbentuk koloid dengan berbagai partikel koloid
yang terkandung didalamnya. Tujuan proses ini adalah untuk memisahkan air
dengan pengotor yang terlarut didalamnya, analoginya seperti memisahkan air pada
susu kedelai. Pada unit ini terjadi rapid mixing (pengadukan cepat) agar
koagulan dapat terlarut merata dalam waktu singkat. Bentuk alat pengaduknya
dapat bervariasi, selain rapid mixing, dapat menggunakan hidrolis (hydrolic
jump atau terjunan) atau mekanis (menggunakan batang pengaduk).
b. Flokulasi
Selanjutnya air masuk ke unit flokulasi. Tujuannya
adalah untuk membentuk dan memperbesar flok (pengotor yang terendapkan). Di
sini dibutuhkan lokasi yang alirannya tenang namun tetap ada pengadukan lambat
(slow mixing) supaya flok menumpuk. Untuk meningkatkan efisiensi, biasanya
ditambah dengan senyawa kimia yang mampu mengikat flok-flok tersebut.
c. Sedimentasi
Bangunan ini digunakan untuk mengendapkan
partikel-partikel koloid yang sudah didestabilisasi oleh unit sebelumnya. Unit
ini menggunakan prinsip berat jenis. Berat jenis partikel kolid (biasanya
berupa lumpur) akan lebih besar daripada berat jenis air. Pada masa kini, unit
koagulasi, flokulasi dan sedimentasi telah ada yang dibuat tergabung yang disebut
unit aselator.
d. Filtrasi
Sesuai dengan namanya, filtrasi adalah untuk menyaring
dengan media butiran. Media butiran ini biasanya terdiri dari antrasit, pasir
silica dan kerikil silica dengan ketebalan berbeda. Cara ini dilakukan dengan
metode gravitasi.
e. Desinfeksi
Setelah bersih dari pengotor, masih ada kemungkinan ada
kuman dan bakteri yang hidup, sehingga ditambahkanlah senyawa kimia yang dapat
mematikan kuman ini, biasanya berupa penambahan chlor, ozonisasi, UV,
pemabasan, dan lain-lain sebelum masuk ke bangunan selanjutnya, yakni
reservoir.
4. Reservoir
Reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan
sementara supplier air bersih sebelum didistribusikan melalui pipa-pipa secara
gravitasi. Karena kebanyakan distribusi di Indonesia menggunakan konsep
gravitasi, maka reservoir biasanya diletakkan di tempat dengan posisi lebih
tinggi daripada tempat-tempat yang menjadi sasaran distribusi, bisa diatas
bukit atau gunung.
Gabungan dari unit-unit pengolahan air ini disebut IPA
– Instalasi Pengolahan Air. Untuk menghemat biaya pembangunan, unit intake, WTP
dan reservoir dapat dibangun dalam satu kawasan dengan ketinggian yang cukup
tinggi, sehingga tidak diperlukan pumping station dengan kapasitas pompa dorong
yang besar untuk menyalurkan air dari WTP ke resevoir. Pada akhirnya, dari
reservoir, supplier air bersih siap untuk didistribusikan melalui pipa-pipa
dengan berbagai ukuran ke tiap daerah distribusi.
Sekarang ini, perkembangan metode pengolahan supplier
air bersih telah banyak berkembang, diantaranya adalah sistem saringan pasir lambat.
Perbedaan utama pada sistem ini dengan sistem konvensional adalah arah aliran
airnya dari bawah ke atas (up flow), tidak menggunakan bahan kimia dan biaya
operasinya yang lebih murah. Pada akhir tahun lalu pun, Pusat Penelitian Fisika
LIPI telah berhasil menciptakan alat untuk mengolah air kotor menjadi supplier
air bersih yang layak diminum, sistem ini dirancang agar mudah dibawa dan dapat
dioperasikan tanpa memerlukan sumber listrik.
BERAGAM TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUPPLIER AIR BERSIH
Kemajuan teknologi dan kemajuan zaman ternyata
mempunyai dampak baik juga dampak buruk. Salah satu dampak buruknya yaitu
semakin minimnya stok supplier air bersih karena banyak sumber air yang
tercemar. Entah itu tercemar limbah pabrik, sampah, atau polusi air. Selain itu
meningkatnya pemanasan global juga menjadikan krisis air saat musim kemarau
panjang. Supplier air bersih bisa dikatakan kebutuhan pokok bagi setiap makhluk
hidup. Saat ini supplier air bersih semakin sulit dijumpai. Mungkin di daerah
pedesaan masih bisa menemukan sumber supplier air bersih. Namun di daerah
perkotaan sangat sulit menemukannya. Karena itulah kini mulai banyak
diluncurkan teknologi pengelolaan supplier air bersih. Teknologi ini digadang-gadang menjadi solusi
kelangkaan supplier air bersih. Cara pengolahan supplier air bersih juga cukup
mudah untuk beberapa metode.
Teknologi Pengelolaan Supplier air
bersih Tradisional Dan Modern
Saringan Pasir Lambat
Pengelolaan supplier air bersih dengan sistem saringan pasir lambat cukup mudah dilakukan. Dan meskipun metode ini sederhana namun output supplier air bersih yang dihasilkan mempunyai kualitas yang bagus. Salah satu keunggulan dari teknologi pengelolaan supplier air bersih ini adalah tidak menggunakan bahan kimia yang berperan sebagai zat pengendap. Sesuai namanya sistem ini hanya menggunakan pasir sebagai bahan baku pengolahan. Dinamakan pasir lambat karena daya saringnya hanya mempunyai kecepatan 5-10 m3/m2 setiap harinya. Mula-mula air kotor dialirkan dalam tangki penampungan. Selanjutnya diendapkan tanpa penambahan koagulan. Setelah mengalami proses pengendapan selanjutnya dialirkan dalam pasir lambat. Tahapan berlanjut dengan proses khlorinasi dan ditampung dalam penampungan supplier air bersih. Baru setelahnya bisa digunakan oleh konsumen.
Pasir yang digunakan berfungsi menyerap kotoran yang terkandung dalam air. Baik kotoran organik maupun anorganik, keduanya dapat tertambat dan membentuk lapisan biologis (film). Ternyata lapisan tersebut dapat menghilangkan kotoran seperti amonia konsentrasi rendah, mangan, zat besi, dan zat lain yang dapat menimbulkan bau pada air. Karena itulah air yang dihasilkan dari pengolahan ini mempunyai kualitas bagus. Teknologi pengelolaan supplier air bersih ini sangat cocok untuk memproses air dengan tingkat kekeruhan rendah. Namun jika air sangat keruh bisa menambahkan koagulan. Selain menghasilkan supplier air bersih berkualitas, teknologi ini juga cukup murah.
Desalinasi Air Laut
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh laut. Potensi besar inilah yang dapat ditindak lanjuti sebagai solusi kelangkaan supplier air bersih. Teknologi pengelolaan supplier air bersih dengan desalinasi yaitu mengubah air laut menjadi supplier air bersih yang siap digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Adapun tahapan intinya adalah pengambilan air laut, pengolahan awal, pemisahan garam, dan pengolahan akhir. Dalam pengambilan air laut biasanya menggunakan pipa yang diletakkan jauh dari pantai. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan air laut dengan kualitas baik. Selama proses menyedot air laut hanya menggunakan kecepatan rendah agar biota laut tidak terbawa. Selain menggunakan pipa, berapa praktek menggunakan sistem sumur.
Air laut yang diambil kemudian ditampung dalam bak penampungan awal. Selanjutnya dialirkan untuk membersihkan kotoran yang berukuran kecil hingga besar. Jika kotoran sudah hilang selanjutnya masuk dalam tahapan pemisahan kandungan garam. Pemisahan garam bisa dilakukan dengan proses pemisahan berbasis panas atau pemisahan berbasis membran. Setelah tidak ada kandungan garamnya, air ini sudah cukup bersih untuk digunakan. Namun ada juga yang melanjutkan dengan penambahan mineral pada proses akhir. Sehingga dihasilkan produk supplier air bersih dengan kualitas air minum. Hampir sama dengan saringan pasir lambat, teknologi pengelolaan supplier air bersih ini tidak menghabiskan biaya besar. Selain murah prosesnya hemat energi dan tentunya ramah lingkungan.
Biologically Purity (Biority)
Teknologi pengelolaan supplier air bersih berikutnya ditujukan untuk mengelola limbah supaya tidak mencemari lingkungan. Sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan Lingkungan, air limbah yang dibuang ke lingkungan harus memenuhi beberapa syarat. Teknologi ini bisa diterapkan secara individu maupun untuk proyek besar seperti perusahaan. Kelebihan dari teknologi Biority yaitu ramah lingkungan dan tidak membutuhkan resapan, sehingga bisa lebih menghemat ruang. Pemasangan Biority juga cukup mudah dan cepat. Material yang digunakan untuk membuat teknologi ini tahan korosi jadi sangat awet. Dan yang terpenting air buangan bisa langsung dialirkan ke drainase umum.
Ultrafiltrasi
Ultrafiltrasi merupakan teknologi pengelolaan supplier air bersih modern yang menggunakan membran semipermeable. Membran ini berfungsi untuk menyaring koloid dan berbagai macam molekul kecil yang berukuran 0,1-0,01 mikron. Teknologi ini mampu menggantikan peran teknologi sederhana seperti clarifier. Ada beberapa keunggulan yang diperoleh dari sistem ini. Ultrafiltrasi tidak membutuhkan ruangan yang cukup besar, jadi di tempat sempit pun masih bisa memasang teknologi ini. Tidak hanya itu, teknologi ini juga tidak menggunakan bahan kimia yang sering digunakan dalam clarifier seperti koagulan, floakulan, pengontrol pH, dan pembunuh bakteri. Daya tampung ultrafiltrasi juga cukup besar, yaitu maksimal 6000 liter untuk 1 batang.
Selain menggantikan fungsi clarifier, membran ultrafiltrasi juga sering digunakan dalam sistem reverse osmosis. Fungsi utamanya yaitu untuk menyaring Total Suspended Solid hingga 99%. Teknologi pengelolaan supplier air bersih mempunyai dua tipe, yaitu Dead End Flow Ultrafiltration serta Cross Flow Ultrafiltration. Untuk tipe Dead End mempunyai keunggulan dapat menghemat air. Namun kelemahannya membran ini mudah kotor. Jadi anda harus rajin membersihkan membrane. Minimal 5 jam sekali anda harus membersihkan membrane. Teknologi ini sangat baik diterapkan pada kondisi air yang tidak terlalu banyak mengandung bakteri, koloid, dan protein. Kemudian untuk jenis kedua yaitu Cross Flow Ultrafiltration menggunakan sistem air yang dilewatkan menyamping. Teknologi ini banyak digunakan untuk saat ini karena penumpukan kotoran dapat diminimalkan. Akan tetapi Cross Flow tidak bisa menghemat air seperti Dead End. Teknologi ini menjadi solusi tepat untuk air dengan tingkat koloid tinggi.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman telah merilis beberapa teknologi pengelolaan limbah cair seperti Biorotasi yang merupakan instalasi pengelolaan air limbah rumah tangga non kakus. Melalui Biofilter dalam sistem ini, air olahan yang dihasilkan dapat kembali digunakan untuk kebutuhan umum. Lalu ada Biotour untuk instalasi daur ulang limbah. Teknologi pengelolaan supplier air bersih ini juga ditujukan untuk mengelola air limbah rumah tangga. Dan air yang dihasilkan dari proses ini dapat digunakan kembali untuk kebutuhan rumah tangga. Selanjutnya teknologi Meralis atau instalasi pengolahan air limbah sistem kompak. Meralis tersusun atas reaktor kompak dengan sistem lumpur aktif dan filtrasi membran ultra airfit.
Teknologi berikutnya bernama Merotek berupa instalasi pengolahan air siap minum. Sistem ini sama-sama menggunakan membran dengan tekanan rendah. Kemudian ada pula teknologi pengelolaan supplier air bersih berupa IPA Mobile yang digunakan untuk mengelola air dengan sistem portable. Teknologi ini sangat cocok untuk wilayah yang rawan bencana seperti banjir. Selain itu pemerintah juga telah mengembangkan Biority dan Ecotech Garden atau biasa disebut taman sanita. Ecotech Garden menjadi teknologi alternatif untuk mengolah air selokan dengan memanfaatkan tanaman air. Demikian informasi yang dapat admin pusatro berikan. Semoga menambah pengetahuan anda
Tidak ada komentar:
Write komentar