Air bersih adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting untuk kelangsungan hidup. Namun, di Kota Bekasi, permintaan akan air bersih terus meningkat sementara ketersediaannya semakin terbatas. Masalah ini terkait dengan peningkatan pencemaran lingkungan yang mengakibatkan kualitas air yang semakin buruk. Dalam beberapa tahun terakhir, air bersih yang layak pakai dan layak konsumsi semakin langka.
Kota Bekasi terletak di tiga Daerah Aliran Sungai (DAS) utama, yaitu DAS Bekasi, DAS Sunter, dan DAS Cakung. Namun, saat ini Sungai Sunter dan Cakung lebih berfungsi sebagai saluran drainase daripada sebagai sumber air bersih. Awalnya, Sungai Cakung dan Sunter dibangun sebagai sungai buatan dengan tujuan utama untuk mengendalikan banjir dari Sungai Ciliwung, Cisadane Barat, Sungai Citarum, dan Sungai Bekasi, yang sering menyebabkan banjir di wilayah Jakarta.
Sumber air potensial di Kota Bekasi seharusnya berasal dari Sungai Bekasi, yang merupakan pertemuan Sungai Cikeas dan Cileungsi. Namun, berdasarkan Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Bekasi tahun 2006, kualitas air di Sungai Cikeas, Cileungsi, dan Bekasi telah tercemar. Kualitas air ketiga sungai tersebut tidak lagi memenuhi standar untuk kebutuhan air manusia dan air minum, karena konsentrasi zat padat tersuspensi, mangan (Mn), besi (Fe), amonia, nitrit, COD, BOD, dan coliform tinja melebihi batas yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 mengenai Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Pencemaran lingkungan yang terjadi di sekitar sungai-sungai ini menjadi penyebab utama penurunan kualitas air. Aktivitas industri, pertanian intensif, pembuangan limbah domestik, dan penggunaan pupuk kimia yang berlebihan merupakan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap pencemaran air di wilayah tersebut.
Mengatasi masalah krisis air bersih di Kota Bekasi membutuhkan langkah-langkah yang komprehensif dan kolaboratif. Berikut beberapa solusi yang dapat diambil:
Peningkatan Pengelolaan Limbah: Pemerintah dan industri harus bekerja sama untuk meningkatkan pengelolaan limbah. Pabrik dan industri harus mengadopsi praktik ramah lingkungan dalam membuang limbah mereka dan mematuhi peraturan yang ada. Penggunaan teknologi yang lebih baik dan pengembangan sistem pengolahan limbah yang efektif dapat membantu mengurangi pencemaran air.
Kesadaran Lingkungan dan Pendidikan Masyarakat: Pendidikan lingkungan dan kesadaran masyarakat perlu ditingkatkan. Masyarakat harus diberi pemahaman tentang pentingnya menjaga kebersihan sungai dan pengelolaan limbah yang bertanggung jawab. Program-program edukasi dan kampanye sosial dapat membantu meningkatkan kesadaran lingkungan dan mengubah perilaku masyarakat.
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Alternatif: Pemerintah dan pihak terkait harus mengembangkan sistem alternatif untuk menyediakan air bersih kepada masyarakat. Ini dapat meliputi pengembangan sumber air alternatif seperti sumur dangkal, sumur bor, atau pengolahan air limbah yang efisien untuk digunakan kembali.
Konservasi Air: Masyarakat perlu diajak untuk mengadopsi praktik konservasi air di kehidupan sehari-hari. Ini meliputi penggunaan air secara efisien, memperbaiki kerusakan infrastruktur yang menyebabkan kebocoran air, dan menghindari pemborosan air.
Kolaborasi antara Pemerintah dan Swasta: Kerjasama antara pemerintah, perusahaan swasta, dan organisasi masyarakat sipil sangat penting untuk mengatasi krisis air bersih. Pemerintah perlu mengembangkan kebijakan yang mendukung upaya penyediaan air bersih, sementara perusahaan swasta dapat berkontribusi dalam investasi dan teknologi untuk pengelolaan air yang lebih baik.
Krisis air bersih di Kota Bekasi merupakan tantangan yang kompleks, namun dengan komitmen bersama dan langkah-langkah yang tepat, kita dapat mengatasi masalah ini. Perlindungan lingkungan dan pengelolaan air yang berkelanjutan harus menjadi prioritas bagi semua pihak yang terlibat.
Tidak ada komentar:
Write komentar